- Sejarah Suku Bali Aga
Bali
Aga adalah salah satu subsuku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai
penduduk bali yang asli. Bali Aga disebut dengan Bali pegunungan yang mana
sejumlah suku Bali Aga terdapat di Desa Trunyan. Istilah Bali Aga dianggap
memberi arti orang gunung yang bodoh karena mereka berada didaerah pegunungan
yang masih kawasan pedalaman dan belum terjemah oleh teknologi.
Penduduk
Bali Aga bertempat tinggal di pegunungan karena mereka menghindari diri dari
pendatang yaitu yang disebut Bali Hindu, yang berasal dari keturunan Majapahit.
Orang Bali Trunyan mempunyai suatu metologi mengenai asal mula mereka yang
menyebutkan adanya seorang dewi dari langit yang merupakan wanita leluhur, atas
kekuatan sang surya dewi ini hamil dan melahirkan sepasang anak kembar banci
dan perempuan. Anak perempuan itu kemudian menikah dengan Raja Jawa dan dari
merekalah penduduk Trunyan atau bali Aga berasal.
Orang
bali hindu menganggap Bali Aga kurang halus dibandingkan dengan mereka. hal ini
khususnya dinilai dari bahasa orang Bali Aga yang dianggap kasar dari pada bahasa
orang Bali Hindu. Dalam siste kekerabatan Bali Aga mengenal klen patrilineal
yang disebut karang dan gabungan karang disebut dadia. peradabannya orang Bali
Aga di Trunyuan mempunyai mata pencaharian bercocok Tanam di ladang. Mereka
mempunyai kepercayaan Asli yang berpusat pada penyembahan Roh leluhur dan
roh-roh lainnya dewa tertingginya bernama Ratu Sakti Pancaring jagat, yang
bersemayam di meru tingkat tujuh di dalam kuil utama desa yang diperkirakan
berasal dari zaman megalirikum.
Dalam
hal kematian jenajah meninggal tidak dikuburkan didalam Tanah melainkan hanya
dilatakan di atas Tanah pada tempat yang dianggap sebagi kuburan sampai tinggal
tulang-tulangnya.
Diwilayah
pegunungan atau wilayah Bali Aga, terletak kuil-kuil (pura) yang dianggap suci
oleh orang bali. Dalam bahasa Bali kaja berarti ke Gunung dan kelod berarti
ke laut. Peninggalan-peningalan prasasti dari dari zaman bali-hindu menunjukkan
adanya suatu bahasa bali kuno yang agak berbeda dengan bahasa bali sekarang,
bahasa bali kuno itu, disamping mengandung banyak kata-kata Sansekerta, pada
masa kemudiannya terpengeruh juga oleh bahasa jawa kuno.
- Peradaban Suku Bali Aga
Di desa Bali didasari atas kesatuan tempat. Sebagian dari
tanah di wilayahnya adalah milik warga desa disitu. Desa-desa pegunungan
biasanya mempunyai pola perkampungan yang memusat, sedangkan desa-desa yang
mempunyai sistem banjar dan desa-desa didaerah dataran mempunyai pola yang
terpencar.
Disamping kesatuan wilayah maka sebuah desa merupakan pula
kesatuan keagamaan yang ditentukan oleh suatu kompleks kuil desa yang disebut
kayangan tiga ialah pura puseh, pura bule-agung, dan pura dalem. Jika disatukan
masyarakat disitu menyebutnya pura desa.
Bahwasanya
suku Aga hal-hal yang yang dianggapnya keramat diletakkannya pada arah gunung
kaja, sedangkan hal-hal yang biasa diletakan pada arag laut. Pada suku ini
memiliki sisitem banjar, maka ada bangunan bale banjar tempat warga banjar
mendapatkan rapat dan kegiatan-kegitan lainnya.
- Adat Istiadat dan kepercayaan Suku Bali Aga
BALI
memang dikenal memiliki adat istiadat yang beraneka ragam. Adat istiadat yang
dominan bernafaskan Hindu tersebut menyimpan berbagai upacara keagamaan, mulai
dari dewa yadnya, pitra yadnya, manusia yadnya, hingga buta yadnya. Di Bali timur
(
karangasem) upacara-upacara keagamaan itu masih sangat kental dan masyarakat
pun sangat antusias melakoninya.
Dalam
setiap prosesi upacara keagamaan senantiasa disertai dengan kegiatan makan
bersama alias magibung. bahwa masyarakat di sana masih berpegang teguh pada
tradisi yang diwarisi secara turun temurun.
Masyarakat Suku Bali Aga pada umumnya hidup di daerah
pegunungan mereka menganggap daerah pegunungan sebagai tempat yang suci, karena
itu didaerah pegunungan banyak terdapat pura dan kuil-kuil, bangunan yang
dianggap suci melimpah dan dominan di Bali.
Menurut kepercayaan mereka, manusia adalah bagian dari Alam.
Kalau manusia terdiri atas jasmani dan rohani, maka alam tersusun dari bumi
sebagai jasmani dan manusia sebagai rohani.
Di Bali Aga terdapat tempat suci yang disebut Wantilah yang
mana tempat ini biasanya digunakan untuk menyambung ayam dan dianggap sebagai
persembahan dewa-dewa. Pura puseh adalah tempat yang terdapat didalam desa dan dianggap
sebagai tempat arwah nenek moyang mereka. pura bale agung yang juga terdapat
didalam desa dan dianggap sebagai pura kehidupan sehari-hari. Pura dalam
dianggap sebagai pura dewa kematian dan neraka.
Sumber : http://manjemberialim.blogspot.com/2011/11/makalah-suku-bali-aga.html?m=1